Powered By Blogger

Kamis, 23 Agustus 2012

Percaya Pada Takdir Allah


“Kamu percaya nggak kalau kerikil kecil di sungai ini berasal dari sungai di antah berantah sana?” gadis manis itu bertanya dengan lirih.
Seorang gadis di sampingnya tersenyum, mengangguk.
“Kamu percaya nggak, kalau mungkin saja kerikil yang ada di sebelahnya dulu pernah bertemu dan terpisah oleh arus sungai yang sangat deras?”
Gadis di sampingnya itu tersenyum lagi, mengangguk lagi.
“Kamu percaya nggak kalau muara sungai ini bukan kebetulan yang mempertemukan dua kerikil ini?”
Gadis itu, masih tersenyum lagi, mengangguk lagi.
“Kamu percaya kalau kerikil ini bahkan tidak menyangka akan dipertemukan kembali?”
Ia tersenyum lagi, mengangguk lagi, kali ini lebih mantap.
“Kenapa kamu percaya semua itu begitu saja?”




Gadis yang dari tadi hanya tersenyum dan mengangguk itu berdiri, berjalan mendekati sungai.
“Bahkan aliran ini pun bukan sekadar air yang bergelombang. Tentulah setiap tetesnya membawa pesan di muaranya.”
“Apa air ini pasti sampai di muaranya?”
“Belum tentu. Tapi, jika pun ia tak sampai di muara, ia pasti dititahkan untuk menyampaikan pesan di suatu tempat lainnya.”
“Kenapa kamu mempercayai itu semua?”
“Ya, karena takdir Tuhan itu ada.”
“Jadi, kerikil ini juga bertemu karena takdir Tuhan.”
“Kamu tahu? Butiran pasir ini pun juga menyatu atas izin Allah. Butiran pasir ini mungkin akan terpisah lagi, tapi tidak ada yang tahu, mungkin juga mereka menyatu kembali dalam sebuah pondasi rumah, atau mereka menjadi bermakna di tempat mereka masing-masing.”
Gadis yang dari tadi bertanya diam menunduk.
Mereka berdua diam dalam alam pikir masing-masing.
“Kalau begitu aku merelakanmu pergi ke negeri nan jauh di sana itu.” Gadis yang diam berdiri, memeluk gadis yang tak henti tersenyum itu erat-erat.
“Kita tidak harus bersama untuk menjadi bermakna, Kawan.”
“Ya, sampai bertemu pada takdir Allah berikutnya.”
“Pertemuan kita diawali dengan suatu keikhlasaan, berpisah pun harus ikhlas pula. Jadilah bermakna, dengan atau tanpaku. Masih begitu banyak saudarimu yang menanti senyum ikhlasmu.”
“Tentu saja, karena bisa saja debu yang menempel di kulitku juga menempel di kulitmu.”
Mereka tertawa.
“Iya. Sampai jumpa pada takdir Allah.”
*untuk mereka yang berpisah karena-Nya




boleh dimaknakan dengan fikiran anda masing2.. Enjoy.. hhe

sabtu, 28 juli 2012 23.18

1 komentar: