Powered By Blogger

Kamis, 23 Mei 2013

Seperti Berkaca Pada Cermin Yang Sama

“lebih baik saya keluar saja dari jammaah ini, toh percuma juga ada saya disini.. “semua ide yang saya berikan tak pernah ditanggapi..
saya juga tidak bisa memberikan kontribusi seperti teman-teman yang lain
saya juga pun seperti tak pernah berguna disini..

kata-kata ini mungkin sudah bosan teman-teman sekelas saya mendengarnya..
berkali-kali berucap bahwa saya ingin keluar dari jamaah ini karena kekecewaan saya terhadap orang-orang didalamnya saya yang terbiasa ada pada lingkungan sekolah  yang sama suhunya, sama pemikirannya, dan sama-sama yang lain menurut saya.. hhe
kemudian hadir pada lingkungan kampus yang begitu banyak warna, beragam macam pemikiran, sukses membuat saya kecewa.. puncak kekecewaannya adalah ketika melihat interaksi yang begitu cair antara ikhwan dan akhwat, managemen rapat yang saya rasa juga begitu cair, tak ada evaluasi disetiap agnda yang ada..
dan hanya memberdayakan orang2 tertentu saja untuk mengamban amanah.
saya merasa tak terperdayakan sebagai seorang kader,
alahsil pilihan “keluar” adalah solusi utama menurut saya saat itu.. tohh ditempat lain pun saya bisa memberikan kontribusi yang maksimal pada dakwah.. ditambah lagi dengan kebimbangan dengan saya ada dalam 2 kelompok tarbawi.. sekolah dan kampus satu sisi saya begitu mencintai dakwah yang melahirkan saya, mencintai sekolah dan ingin mengabdi ditempat  saya dilahirkan namun disisi lain tidak enak meninggalkan kelompok karena saat itu statusnya masih wajib untuk mengikuti..
saat itui saya merasa tak cocok dengan semua yang ada dikampus.. tak nyaman bahkan untuk sekedar bercerita..
yang ada dalam benak saya hanya ingin pergi dan keluar dari jamaah ini..
*******************
namun perlahan saya sadar ternyata ini adalah sifat “EGOIS” sifat egois yang ternyata lebih mendominasi diri saya.. saya lupa bahwa
Jama’ah dakwah ini adalah jam’ah manusia.
Didalamnya berkumpul semua potensi manusiawi.
Didalamnya berkumpul semua kebaikannya;
sekaligus juga keburukannya.
dan mungkin saya masih ingin pada zona “aman” bukan zona tak nyaman.. saya masih mementingkan diri sendiri bukan mementingkan jamaah hari itu saya tersadar bahwa sebenranya dengan atau tanpa ada kita dalam dakwah ini dakwah akan tetap berjalan..
tinggal memilih ingin jadi apa kita pelaku atau hanya sekedara komentator
dakwah berdakwah bukan pilihan tapi kewajiban
Terimakasih buat sahabat2 ku yang dengan sabar mendengarkan kekhilafan ini, alhmdllh sampai hari ini masih ditakdirkan berjuang bersama kalian ukhti ^_^Saat tubuh tidak lagi tegak, saat kaki mulai lemah, saat lisan mulai keluh untuk menyuarakan kebenaran, maka pada saat yang sama ada saudara kita yang memapah, saudara yang akan menopang kaki yang telah rapuh, dan menggantikan kita untuk bersuara lebih lantang. Senyumnya bagai oase dalam kegersangan jiwa kita, perhatiannya adalah penentram kegundahan kita, tausyiahnya adalah semangat baru yang disematkan pada diri ini.
“Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!”
semoga bermanfaat ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar